Nantikanlah kegelisahan terfatamorgana sempurna
Untaikan serpihan doa yang berserakan
Gemuruh mendekat memekakkan harap yang melambat
Rasakan keniscayaan mencibir ditepian asa yang memudar
Aliran darah seperti tersumbat
Harapan itu masih ada, say...
Entah tersisih atau semakin mendalam
Nampak nyata dijerit kerisauan
Inikah tanda aku harus diam?
Duduklah disini, say
Hampa kan lenyap diterabas senyum manis mu
Ikhlaskan keresahan...
Antarkan kedamaian
Nelangsa hilang tanpa bekas
Carilah dalam titik kata yang terlontar
Hembusan nafas tak segan tuk terengkuh
Rasakan dan nikmati, say
Ya...
Selalu ada tawa setelah duka
Lepas lelah mu dalam pelukanku
Inilah akhirnya
Aku harus jujur
Nun jauh dari sejak awal terbitnya mentari dipelupuk matamu
Terpatri sudah rasa itu
Intisari dunia kini milikmu....
(Jakarta, Dalam kenangan diawal pertemuan bathin setelah perpisahan yang terlupakan)