1. menanti
rasa memang tetap
tak berubah sedikitpun
berbahagia dan bersedih dalam luka
silih berganti, menjamu dan merayakannya
jika karenamu, aku rela.
memang benar, menanti adalah hal sukar larut
tapi hasilnya, pasti akan menjadi lebih manis.
2. lelah
harapan tak kunjung usai
bercinta dalam gelap dan kebutaan
menjamu manisnya senyummu
searah dengan perih hati ini
aku bertanya,
"mengapa harus dia?"
batu pun menjawab,
"karna cinta tak harus memiliki"
ah! ungkapan bodoh!
saat cinta telah menemukan kesuciannya
saling memiliki lah hadiahnya.
kesabaran telah diambang batas
tiba saatnya cinta memutuskan
"oh dewi fortuna.. aku lelah!"
pada larik-larik rindu, aku berkaca:
dambaku merajuk senyap,
memendarkan getar pesakitan
yang tergopoh berlari kearahmu
3. sunyi
"sampai mana berhenti?"
sampai tak butuh lagi kata yang mengejawantahkannya.
"sampai mana harapan?"
sampai kemurnian kasih berpadu.
"sampai mana keakuhan?"
sampai bunga mawar menjadi benalu.
gejolak tanya yang terlontar dalam pikiran.
sunyi.. senyap..
diam..
hanya angin malam yang rela menemani.
berbedakah sepatu di dunia dengan di bulan?
oh malam, tetaplah kau dekap lirih pahitku.
biarkan tetap sunyi bagai bulan sabit malam terpanah.
4. bodoh
suatu kebodohan yang tak kunjung henti
ketika masa lalu beranjak pergi
sebenarnya kita masih berjalan disampingnya
aku dan kamu berdiri ditengahnya.
meratapi rindu tuk saling bersama
kemunafikan yang bersaing dengan gengsi
mulut dan hati tidak lah lagi menyatu
perbedaan harapan dan pencitraan.
kebodohan kebodohan nyata.
ya, nyata.
5. hilang
apa yang terjadi dengan tawa lepas itu?
apa yang terjadi pada air mata itu?
apa yang terjadi dengan rasa kasih ini?
kemana perginya cerita konyol kita?
kemana perginya segala pengharapan?
hilang sudah cannopus ku!
terbalut ego dan waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar